Syarat menjadi reporter radio (jurnalis radio, wartawan radio) itu pada dasarnya sama saja dengan syarat menjadi reporter media lainnya. Namun, ada satu syarat "mutlak", yaitu harus memiliki "suara bagus" (good sound). Ingat, radio is sound! Radio itu suara.
Untuk reporter radio, "tampang" tidak penting, karena yang mereka "tunjukkan" ke pendengar hanya suara, bukan wajah. Beda dengan reporter televisi yang harus "good looking", "good picture", atau populer disebut "camera face" (wajah kamera?).
Reporter radio harus bisa menemukan suara yang mengilustrasikan cerita, seperti rekaman wawancara, suara suasana live dari konferensi pers, efek suara (sound effect), dan sebagainya. Suara-suara itu akan menjadi pelengkap cerita. Tugas Anda sebagai reporter radio antara lain membuat pendengar merasakan suasana seperti yang Anda rasakan.
Poin lainnya adalah menjadikan radio sebagai "media instan" yang mampu menyampaikan berita kapan saja, di mana saja, dan dari sumber mana pun! Anda tinggal memerlukan sambungan telepon untuk wawancara narasumber di mana pun di berbagai belahan dunia.
Itu artinya, laporan berita Anda per jam dapat di-update dengan banyak cara yang bagi reporter televisi dan media cetak lebih sulit melakukannya. Suratkabar harus menunggu hari berikutnya untuk update berita. Televisi harus menunggu gambar yang bagus untuk bisa ditayangkan. Reporter radio? Cupuk dengan suara!
Hal terbaik bagi reporter radio.
Kesegeraan (immediacy) merupakan hal menyenangkan bagi reporter radio, yakni kecepatan menyampaikan berita kepada pendengar.
Radio juga membangun kedekatan dengan pendengar. Anda "ngobrol" dengan pendengar. Itulah yang membuat radio sebagai media yang sangat pribadi (very personal medium). Anda, reporter radio, membangun kedekatan dengan pendengar.
Hal terburuk bagi reporter radio.
Hal buruknya, Anda tidak bisa menyampaikan berita secara detail dan panjang-lebar. Anda hanya bisa menyampaikan fakta terpenting secara global, ringkas, dan sekilas. Jika terlalu lama (panjang), berita Anda tidak akan efektif, mudah dilupakan pendengar.
Radio itu didengar sekali, dan hanya sekali, sebelum lenyap into outer space. Maka, Anda harus menyampaikan laporan dengan singkat, ringkas, dan biarkan detail berita (story depth) menjadi bagian media cetak atau media online. Dengan alasan ini, analisis isu aktual menjadi tidak mudah di radio.
Fakta-fakta rumit dan angka-angka harus "disebar" di sela-sela berita, atau Anda akan kehilangan konsentrasi pendengar.
Syarat menjadi reporter radio.
Apa saja keterampilan, keahlian (skill) dan kepribadian (personality) yang harus dimiliki untuk menjadi reporter radio yang sukses?
Anda perlu membangun keterampilan wawancara yang mumpuni. Selain menguasa teknik bertanya yang efektif, Anda juga harus mampu membuat narasumber nyaman. Jika narasumber Anda gugup (nervous) saat wawancara, maka kegrogian itu akan terdengar di suaranya.
Anda harus bisa meresposn cepat dengan pertanyaan dan komentar setiap jawaban yang muncul, agar wawancara yang terekam terdengar layaknya percakapan alami, bukan terdengar kaku seperti wawancara. Anda juga harus mengajukan pertanyaan yang ringkas. You need keep your questions short!
Reporter radio juga harus menguasai peralatan, terutama alat perekam (recorder). Tak kalah pentingnya, Anda harus memiliki "strong script-writing skills", keterampilan menulis naskah-radio yang baik.
Suara reporter radio
Reporter radio mesti memiliki teknik pernapasan dan teknik vokal yang baik. Anda harus berlatih agar tidak mengeluarkan suara "Um" (Inggris), "Eee", "Eu...", "Anu apa itu..." alias latah dan gagap!
Reporter radio mesti bicara jelas dan latihan membaca (agar lancar) dengan suara keras. Terpenting, Anda harus selalu memahami yang Anda katakan (suarakan). Good luck! Salam Broadcaster! (www.jurnalistikradio.blogspot.com).*
Sumber: Being a radio reporter.
0 comments
Post a Comment